Profil Desa Kemojing

Ketahui informasi secara rinci Desa Kemojing mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Kemojing

Tentang Kami

Profil Desa Kemojing, Binangun, Cilacap. Menyingkap harmoni antara lumbung padi yang subur dan manisnya industri gula kelapa. Sebuah desa yang namanya terinspirasi dari bunga, dan kehidupannya ditenun oleh para petani dan penderes.

  • Ekonomi Ganda

    Perekonomian desa ditopang secara seimbang oleh dua pilar kuat: sektor pertanian padi sebagai lumbung pangan dan industri kerajinan gula kelapa sebagai produk unggulan.

  • Warisan Nama dari Alam

    Nama "Kemojing" berasal dari nama bunga, memberikan identitas filosofis yang unik dan koneksi yang kuat dengan warisan sumber daya alamnya.

  • Komunitas Pekerja Keras

    Masyarakatnya terdiri dari para petani dan penderes (penyadap nira kelapa) yang ulet, menunjukkan etos kerja tinggi dalam mengolah potensi alam menjadi produk bernilai.

Pasang Disini

Di salah satu sudut Kecamatan Binangun, Kabupaten Cilacap, terhampar sebuah desa yang namanya seindah filosofinya: Desa Kemojing. Nama ini tidak lahir dari tokoh atau peristiwa besar, melainkan dari sekuntum bunga liar, Kembang Kemojing, yang dulu tumbuh subur di wilayahnya. Bagaikan bunga yang memberikan nektar, desa ini pun memberikan sari kehidupannya dalam dua wujud utama: butiran padi yang mengenyangkan dari sawahnya yang subur dan butiran gula kelapa yang manis dari tangan-tangan terampil para penderesnya. Inilah profil Desa Kemojing, sebuah potret komunitas yang hidup harmonis dengan alam, mengubah karunia tanah menjadi substansi dan rasa.

Asal-Usul Nama dan Filosofi Bunga Kemojing

Kisah Desa Kemojing dimulai dari namanya. Bunga Kemojing (Stachytarpheta mutabilis) dikenal sebagai tanaman sederhana yang mudah tumbuh, namun memiliki manfaat sebagai pakan lebah penghasil madu dan sering digunakan dalam pengobatan tradisional. Filosofi bunga inilah yang seolah menjiwai karakter desa ini: sederhana, tangguh, dan mampu menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan "manis" bagi kehidupan. Nama ini menjadi pengingat konstan akan identitas desa yang lekat dengan alam dan kemampuannya untuk menghasilkan produk-produk bernilai dari sumber daya yang ada.

Profil Wilayah dan Potensi Sumber Daya Alam

Desa Kemojing merupakan desa pedalaman dengan luas wilayah, menurut data BPS, sekitar 2,42 km². Berdasarkan Sensus Penduduk 2020, desa ini dihuni oleh 3.428 jiwa. Lanskapnya merupakan perpaduan yang ideal antara dua ekosistem produktif: hamparan sawah irigasi yang menghijau di area yang lebih rendah dan datar, serta kebun-kebun kelapa yang menjulang di area pekarangan dan perbukitan. Perpaduan inilah yang menjadi fondasi bagi struktur ekonomi ganda yang menopang kehidupan masyarakatnya. Jaringan irigasi yang baik mendukung pertanian padi, sementara limpahan pohon kelapa menjadi modal utama bagi industri gula.

Dua Pilar Ekonomi: Pertanian Padi dan Industri Gula Kelapa

Perekonomian Desa Kemojing berdiri kokoh di atas dua pilar yang saling melengkapi.

1. Pertanian Padi sebagai Lumbung Pangan Sebagai desa agraris, pertanian padi merupakan fondasi utama. Sektor ini menjamin ketahanan pangan bagi warga dan menjadi sumber pendapatan primer bagi banyak keluarga. Para petani di Kemojing, yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani, dengan tekun mengolah lahan mereka sesuai siklus musim. Keberhasilan panen padi tidak hanya menjadi perayaan ekonomi, tetapi juga sosial, memperkuat ikatan komunitas dalam tradisi agraris.

2. Industri Gula Kelapa sebagai Produk Unggulan Inilah yang menjadi pembeda dan keunggulan Desa Kemojing. Desa ini dikenal sebagai salah satu sentra produksi gula kelapa (gula merah) berkualitas. Industri ini merupakan kerajinan yang melibatkan proses panjang dan keahlian khusus:

  • Penderes (Penyadap Nira)
    Ujung tombak industri ini adalah para penderes. Setiap pagi dan sore, dengan keahlian memanjat yang luar biasa, mereka naik ke pucuk pohon kelapa untuk menyadap nira (badeg) dari bunga kelapa. Pekerjaan ini menuntut keberanian, ketekunan, dan pemahaman mendalam tentang pohon kelapa.
  • Proses Memasak
    Nira yang terkumpul kemudian dimasak di atas tungku kayu bakar selama berjam-jam hingga mengental dan menjadi karamel. Proses ini biasanya dilakukan oleh kaum ibu di dapur-dapur rumah mereka.
  • Pencetakan
    Setelah matang, gula cair tersebut dicetak menggunakan batok kelapa atau cetakan bambu dan dibiarkan mendingin hingga mengeras menjadi gula merah yang siap dipasarkan.

Industri gula kelapa ini merupakan contoh sempurna ekonomi kerakyatan yang menciptakan nilai tambah signifikan dari sumber daya lokal.

Geliat UMKM Sebagai Penopang Ekonomi Keluarga

Di luar dua pilar utama tersebut, semangat wirausaha juga terlihat dari munculnya berbagai Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) lainnya. Banyak keluarga yang memproduksi aneka makanan ringan seperti keripik, sale pisang, atau penganan tradisional lainnya untuk dijual di warung lokal atau pasar terdekat. Geliat UMKM ini berfungsi sebagai jaring pengaman ekonomi, memberikan sumber pendapatan tambahan dan menunjukkan betapa produktifnya masyarakat Desa Kemojing.

Peran Pemerintah Desa dalam Mengorkestrasi Pembangunan

Pemerintah Desa Kemojing memegang peran penting sebagai dirigen yang mengorkestrasi pembangunan agar selaras dengan potensi desa. Melalui Dana Desa, program-program pembangunan diarahkan untuk mendukung kedua pilar ekonomi.

  • Pembangunan infrastruktur seperti jalan usaha tani dan perbaikan saluran irigasi secara langsung mendukung para petani padi.
  • Program pemberdayaan masyarakat, seperti pelatihan bagi para pengrajin gula kelapa mengenai pengemasan yang lebih baik, higienitas produksi, atau bahkan bantuan peralatan, dapat meningkatkan daya saing produk mereka.
  • Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) berpotensi menjadi lembaga yang membantu dalam pemasaran kolektif produk-produk UMKM desa, termasuk gula kelapa, agar dapat menembus pasar yang lebih luas.

Kehidupan Sosial Masyarakat Petani dan Penderes

Kehidupan sosial di Desa Kemojing diwarnai oleh etos kerja yang tinggi. Terdapat dua ritme kerja utama yang berjalan berdampingan: ritme petani yang terikat pada musim tanam-panen, dan ritme penderes yang bersifat harian dan tidak mengenal hari libur. Para penderes harus menyadap nira dua kali sehari, setiap hari, agar bunga kelapa terus produktif.

Meskipun berbeda, kedua kelompok profesi ini hidup berdampingan secara harmonis, disatukan oleh nilai-nilai kerja keras, kesabaran, dan rasa syukur atas karunia alam. Semangat gotong royong tetap terasa, terutama dalam kegiatan-kegiatan komunal seperti perbaikan fasilitas umum atau perayaan desa.

Tantangan dan Peluang di Masa Depan

Desa Kemojing memiliki masa depan yang cerah, namun tidak lepas dari tantangan.

  • Tantangan
    Harga komoditas seperti gabah dan gula kelapa yang fluktuatif menjadi tantangan utama. Selain itu, regenerasi profesi, baik sebagai petani maupun sebagai penderes, menjadi isu krusial di tengah modernisasi. Profesi penderes yang berisiko tinggi sering kali kurang diminati oleh generasi muda.
  • Peluang
    Peluang besar terletak pada branding dan pemasaran. "Gula Kelapa Asli Kemojing" dapat dikembangkan menjadi sebuah merek yang dikenal karena kualitas dan keasliannya. Pemasaran digital melalui media sosial dan marketplace dapat membuka akses pasar baru. Selain itu, potensi agro-ekowisata juga dapat digali, di mana wisatawan dapat melihat secara langsung proses pembuatan gula kelapa dari memanjat pohon hingga pencetakan, sebuah pengalaman otentik yang bernilai jual tinggi.

Manisnya Hidup dari Kerja Keras dan Alam

Desa Kemojing adalah sebuah bukti hidup bahwa kekayaan sebuah desa tidak selalu datang dari sumber daya yang spektakuler, tetapi dari kemampuan warganya untuk mengolah apa yang mereka miliki dengan tekun dan kreatif. Terinspirasi dari sekuntum bunga, desa ini menyajikan substansi kehidupan dari lumbung padinya dan rasa manis dari setiap butir gula kelapanya. Desa Kemojing mengajarkan bahwa dari tanah yang sama, dapat tumbuh dua jenis harapan yang berbeda namun saling menopang, ditenun oleh tangan-tangan terampil yang tahu cara bersyukur atas karunia alam.